Pertama : Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat.
�Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah
menjawab:
Yang artinya: /”Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang
bermanfaat bagi orang lain”/.
Jika ia
seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh
tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan
agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan
untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat
bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka
digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri
dan golongannya sendiri.
Pokoknya
segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain
orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah
masyarakat dan bermanfaat.
Sebaliknya
kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau
masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri,
berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan
perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jadi
filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang
filsafat hidup. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan
mendapatkan rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam
padi, ia akan mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput
tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini,
kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan
memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai
ibadah dari seluruh pekerjaannya.
Oleh
karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu
keyakinan bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat
mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri
kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat
bekerja berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai
ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah
ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari �rumput� walau hal itu
penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang
yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
Yang namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur�an saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi Ta�ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas bekerja.
Yang namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur�an saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi Ta�ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas bekerja.
Kedua : Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang bagaimana? Rasul menjawab :
Yang artinya : /”Sebaik-baiknya
diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya”/.
Sudah
barang tentu orang yang semacamn ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat
akan merasa kehilangan.
Rasulullah
juga mengatakan,/”Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya
tapi jelek perbuatannya”/.
Jadi
sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya
masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat
tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal
kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya
sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu,
bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini
memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang
dikehendaki-Nya.
Adapun
resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah :
Secara
lahiriyah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan
yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur.
Secara spiritual orang yang ini panjang umur ada dua
resepnya:
1. Suka bersedekah yakni
melepaskan sebahagian hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat,
anak yatim, fakir miskin maupun untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang
yang kikir atau bakhil sangat mungkin umurnya pendek.
2. Suka silahturahmi, Silah
berarti hubungan dan rahmi berati kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan
kasih sayang dengan sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara
para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60
tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya
menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah
umur itu yang bertambah. Umurnya tetap tapi kualitas dari umur itu yang
bertambah.
Ketiga : Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab :
Ketiga : Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab :
Yang artinya : /”Barang siapa
yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin maka dia
adalah orang beruntung”/.
Kalau kita
bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, etos kerja,
disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut adalah
orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup Rasulullah yang ketiga adalah
/”Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup”/.
Pernyataan
Rasul yang kedua :
Yang artinya: /”Barangsiapa
keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang
yang rugi”/.
Jika amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara
orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot?
Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabu,
giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga
bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul
mengatakan selanjutnya :
Yang artinya : /”Barangsiapa
keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam
itu dilaknat oleh Allah”/.
Oleh
karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada
hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan,
dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita
termasuk orang yang beruntung.
Keempat : Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang paling baik itu bagaimana? Rasul menjawab : /”Suami yang paling baik adalah suami yang sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya, tetap menghormati dan menghargai isterinya”/.
Sebab ada
sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan isterinya,
sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian termasuk suami yang tidak
baik biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya suami yang tidak baik yaitu
suami yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang mulia ialah
yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai Rasul
masih membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum Beliau wafat. Beliau
sempat berpesan: /”Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu”/. Diulangnya tiga
kali.
Karena
kaum wanita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seoarang suami memiliki akhlak
yang tidak baik maka penderitaan sang isteri luar biasa. Hal ini perlu kita
ingat karena segala sukses yang dicapai oleh sang suami pada hakekatnya adalah
karena andil sang isteri. Demikian juga andil isteri yang membantu mencarikan
nafkah.
Kelima : Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang benar itu yang bagaimana? Rasul menjawab:
Yang artinya: /”Apabila dia
berbuat salah segera bertaubat, kembali kepada jalan yang benar/”.
Oleh
karena itu para filosof mengatakan, /”Orang yang benar adalah bukan orang yang
tak pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang
sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur
melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu”/.
Ibarat anak sekolah mengerjakan soal, kalau
salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi kesalahannya.
Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar menurut tuntunan
Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik dari pada bekas santri. Kita tahu
bahwa santri adalah orang yang taat beragama, sedangkan maling penjahat,
pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang yang baik,
kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi khusnul
khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua baik
terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang artinya: /”Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan terima oleh Allah”/.
Keenam : Ciri orang terbaik lainnya adalah suka memberi. Sabda Nabi :
Yang artinya : /”Tangan di atas
lebih baik daripada tangan di bawah”/.
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Yang artinya : �Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS.
Al-Baqarah : 261)
Tidak ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
Ketujuh : Rasul pernah ditanya oleh para sahabat, wahai Rasulullah! Si Fulan itu orang yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam melakukan shalat, puasa, Itikaf, berdo’a. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, /’Apakah orang itu punya keluarga?”/ Sahabat menjawab, /”Punya Ya Rasul”/. Kata Rasul : /”Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!. Saya ini suka ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari nafkah”/. Sampai Rasul menyatakan, /” Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia”/.
Juga tidak
benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan
ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan
kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar